Ruang Kosong

Bangku-bangku kosong di Marina Bay Sands Theatre

Suatu hari, saya sengaja untuk tetap tinggal di dalam gedung teater usai sebuah pertunjukan. Menyaksikan satu per satu pengunjung keluar dan seketika gedung teater yang tadinya riuh menjadi tenang dan hampir membisu. Ada rasa damai yang merayap dalam kekosongan dalam ruangan itu.

Kesibukan membuat kita sering lupa akan hal yang penting. Seperti lupa makan, minum, tidur ataupun lupa mengatur napas. Serasa hidup ini penuh dengan ambisi.

Cuti sakit lalu membuat saya punya waktu untuk merapihkan koleksi plat. Saya foto satu per satu dan kemudian saya klasifikasikan berdasarkan jenis musik. Saya kemudian memindahkan koleksi plat saya ini ketempat yang lebih besar. Laci yang tadinya penuh sesak menjadi kosong. Saya mungkin akan membiarkannya kosong dan tidak menambah koleksi plat dulu.

Ruang kosong tadi mengingatkan diri saya akan ambisi dan ego pribadi. Betapa saya ingin meraih sesuatu dengan memaksakan apa yang saya anggap sesuai atau benar pada orang lain. Padahal, saya bisa saja salah. Hati saya penuh dan saya tidak bisa melihat dengan bijaksana. Saya seperti lupa bahwa hidup haruslah berkolaborasi dan tidak bisa sendiri. Saya perlu juga ruang kosong di hati saya.

Saya selalu bahagia jika waktu sholat Dzuhur atau Ashar di kantor dan mendapatkan ada ruang meetingyang kosong. Ini sebuah seni tersendiri bagi saya untuk menegakkan iman Islam pada diri saya. Seperti berjuang mencari tempat untuk berbicara pada Nya. Saya telusuri dari segala ruangan di lantai saya hingga lantai di bawah-bawah. Jika ternyata ruangan banyak terpakai, maka saya memanggil taksi untuk pergi ke Masjid terdekat.

Ingatan saya kembali pada nasehat Mr. Loo dan Ms. Koh tentang memberi kepercayaan pada kemampuan rekan satu tim. Belajar untuk memberikan ruang buat mereka belajar juga dan tidak selalu harus ikut apa mau saya.

Layaknya seorang Pramuka yang mengamati keadaan sekitar dan menelaah apa yang bisa dilakukan dengan bersinergi dengan alam. Saya pun harusnya bisa untuk lebih mendengar, lebih memahami dan juga lebih memberi ruang kosong buat keajaiban agar hadir.

Related Posts

Menulis Jurnal & Mental Wellness 2024

Ada sebuah kutipan dari buku cerita sufi yang saya lupa judulnya, kira-kira begini bunyinya, 

Catatan Akhir Tahun 2023: “Ancora Imparo”

Merefleksikan apa saja yang sudah terjadi di 2023 saya mendapatkan diri saya pada satu kesimpulan.