Tadi siang mampir ke Indomart dan menemukan rilisan terbaru band Jamrud. Gue udah ngefans dan beli album Jamrud sejak debut Putri, waktu itu belinya dalam format kaset. Sempet bertahan ngefans hingga beberapa album terus nggak ngikutin lagi apalagi setelah musiknya makin ‘sakit’ di telinga gue dan juga vokalisnya diganti sama abege gak jelas.
Album anyar ini bertajuk Energi + Dari Bumi & Langit dengan single unggulan SHIT (Sepertinya Hati ini Terbakar). Gue sih beli rilisan terbaru ini, tapi kali ini bukan karena lagunya tetapi karena cara memasarkan musiknya eh CD nya. Maklum hari gini memasarkan CD itu harus penuh kreatifitas dan Jamrud tak hanya kreatif tetapi juga cerdik memanfaatkan keterbatasan budget promosi dengan menggandeng sponsor.
Yang dipilih mereka untuk bergandengan adalah produk rokok bermerk, W1N Mild produksi PT. Purindo Ilufa. Maka jangan heran jika album yang dibandrol seharga Rp. 25.000,- ini dapet bonus satu bungkus rokok W1N Mild berisi 16 batang kretek filter.
Industri rokok dengan industri musik di Indonesia memang sangat akrab sekali sejak lama. Beberapa kompetisi ajang pencarian bakat musisi baru juga banyak dimodalin oleh produsen rokok. Konser-konser artis baik manca negara ataupun dalam negeri juga banyak didukung merk rokok. Terakhir harapan gue adalah Java Jazz yang tahun lalu masih disponsorin perusahaan telekomunikasi akhirnya tumbang dan tahun ini berganti di sponsorin rokok juga.
Untuk target market anak muda, musik dan rokok memang sejalan. Dengan jalur distribusi rokok yang sudah ada mampu untuk menyebarkan virus musik melalui CD hingga kepelosok. Jika sebelumnya resto ayam telah berhasil mengawinkan musik dengan style makan ayam anak muda jaman sekarang, gue rasa rokok pun dapat melakukan hal yang sama. Kebutuhan merokok juga bisa disetarakan kebutuhan makan bagi sebagian orang terutama perokok. Dan harga sekian berbonus album CD band rock terasa sangat pantas.
Gue masih salut dengan musisi-musisi idealis yang tidak mau disandingkan dengan produk tembakau. World Health Organization pernah mejalankan program “Break The Tobacco Marketing Net”, yaitu program yang bertujuan meningkatkan peduli masyarakat terhadap kesehatan dan bahaya rokok. Menurut WHO, negara juga seharusnya turut serta menjaga kesehatan warganya dengan menghambat penyebaran penjualan rokok.
Bahasan di buku “A Giant Pack of Lies Bongkah Rahasia Kebohongan: Menyorot Kedigdayaan Industri Rokok di Indonesia” dengan penulis Mardiyah Chamim menyampaikan bahwa Indonesia adalah benteng terakhir para produsen rokok. Di negara maju lainnya, rokok mulai sulit dipasarkan tetapi beda halnya di Indonesia. Industri rokok menyumbang pajak lumayan besar dari cukai nya. Meski sempat di intervensi agar penjualan rokok dibatasi untuk tidak beredar bebas, namun atas nama buruh petani tembakau yang katanya bakal terancam menganggur akibat pembatasan tersebut, intervensi ini akhirnya kandas. Walaupun petani tembakau tidak merasakan keuntungan berlebih ketika jualan rokok meningkat.
Balik lagi ke musik, tetapi kebutuhan untuk merilis album dan juga menunjukkan hasil karyanya ke khalayak luas perlu dipikirkan. Gandengan dengan yang mau sponsorin dengan modal yang mikirnya cukup satu kali merupakan tawaran yang jangan sampai dilewatkan. Gue yakin program ‘bundling’ ini juga berlanjut di tur keliling Indonesia. Musik bisa lebih banyak didengar dan bisa bikin lebih terkenal.
Sekarang tinggal tentukan mau pilih idealisme atau kebutuhan itu tadi?
[…] *”Jodoh klop” adalah istilah saya pinjam dari Widi Asmoro dan artikelnya “Jodoh Klop: Industri Musik dan Industri Rokok” *Tolong share tutorial empat cara membuat lirik visual ini ke teman-teman Anda melalui Facebook, […]
[…] nemuin ini sudah dari bulan lalu, jauh sebelum gue nemuin beli CD dapet rokok. Album CD Mega Hits yang berisikan lagu-lagu karya Bebi Romeo yang ditarik suarakan oleh […]
[…] band seperti Jamrud yang berkolaborasi dengan rokok Win Mild telah melakukannya dengan baik. Bahkan banyak artis […]